Timur Tengah selama ribuan tahun menjadi saksi sejarah bangkit serta runtuhnya begitu banyak kebudayaan dunia. Buku-buku sejarah biasanya selalu memulai kepingan cerita peradaban dari wilayah ini. Sejak zaman sebelum Masehi hingga kini, bercampurlah banyak pengaruh di negeri-negeri sepanjang Timur Tengah hingga sejauh Afrika Utara bahkan India. Tak pelak, apa-apa yang dihasilkan sepanjang sejarah manusia dari Timur Tengah selalu terasa kehadirannya di berbagai belahan dunia lainnya.
Begitupun untuk dunia kuliner. Timur Tengah yang lebih dulu mengecap puncak peradaban manusia tidak hanya menghasilkan kekayaan budaya maupun teknologi. Warisan kuliner dari sub-benua Asia ini ternyata sangat kaya dan sayangnya masih terbilang minim kehadirannya di Indonesia.
Kali ini mari kita menapak tilas sejarah kuliner di Timur Tengah dan warisannya yang kini terasa kehadirannya di seantero dunia. Berikut adalah lima diantaranya yang selalu hadir di bulan Ramadhan.
1. KOPI
Tidak ada yang bisa menyangsikan bahwa kopi dipopulerkan berkat sumbangsih masyarakat Timur Tengah di abad pertengahan dan kemudian oleh bangsa Turki dalam persinggungannya dengan negara-negara Eropa sebagai kelanjutannya.

Awalnya kopi bukan diminum seperti masa kini ketika tumbuhannya pertama ditemukan di Ethiopia pada abad ke 11. Namun pada ratusan tahun berikutnya, kopi berubah menjadi minuman dan populer di seluruh Jazirah Arab berkat kultivasinya di negeri Yaman yang subur. Abad-abad berikutnya pada masa hegemoni Kesultanan Turki Utsmaniyah, kopi menjadi minuman favorit seluruh rakyat dan melebar pengaruhnya hingga ke Eropa.
Konon Gubernur Turki di Yaman adalah yang berjasa membawa kopi pertama kali ke Istanbul. Dari kota ini, kopi mulai dikenal oleh para pedagang Venesia dan mulai merambah masuk ke kehidupan para bangsawan di Perancis, Austria, serta Inggris dan Belanda – baik melalui jalur diplomasi maupun jalur peperangan. Kopi memberikan warna tersendiri di tengah-tengah deru berkecamuknya konflik dan persahabatan antara kebudayaan Islam dan Eropa di masa lalu.
2. SALAD / MEZZEH DINGIN
Salad. Terdengar sangat lazim bukan? Namun jangan salah, salad di masakan Timur Tengah memiliki sejarah panjang dalam persinggungannya dengan kebudayaan kuno seperti Yunani dan Romawi.

Mungkin bagian yang mengukuhkan seni kuliner dunia modern datang dari seorang bernama Ziryab pada abad ke 9 Masehi dari negeri Andalusia. Kala itu Ziryab menggagas pentingnya menikmati makanan dalam tiga fase yaitu mulai dari makanan pembuka, menu utama, dan makanan penutup.
Sejak itulah masyarakat Timur Tengah sepertinya lebih mengapresiasi kembali seni kuliner mereka. Kebudayaan Islam yang berpusat di wilayah Sham (atau yang kini meliputi Palestina, Lebanon, dan Suriah) dikenal memiliki beragam menu makanan pembuka. Contohnya adalah roti-rotian yang dimakan bersama salad fattoush (potongan beragam jenis sayuran, keju, dan minyak zaitun), baba ghanoush (salad terong), tabbouleh (potongan kecil tomat, peterseli, bawang, bulgur, daun mint, dan minyak zaitun), hingga yang paling legendaris adalah hummus (cocolan yang terbuat dari kacang chickpeas, tahini, dan minyak zaitun)
3. BAKLAVA
Percampuran unik antara berbagai kebudayaan mulai Romawi Timur, bangsa pengembara di Asia Tengah sebelum mereka menetap di Anatolia, serta kemiripan dengan dessert khas Persia menjadikan baklava satu hidangan kebanggaan bangsa Turki.

Baklava lazimnya dijadikan sebagai kudapan pendamping kopi Turki yang pahit dan berkarakter. Terbuat dari berlembar-lembar filo pastry tipis yang dibubuhi mentega dan diisikan kacang-kacangan, baklava kemudian dipanggang dan disiram dengan sirup madu dan air mawar.
Kerap dijuluki sebagai “The Queen of Desserts”, kemewahan baklava yang mendominasi kuliner Turki di abad Renaisans hingga masa kini ternyata telah berkembang ke seluruh dunia dan memberikan sentuhan tersendiri pada seni kuliner modern.
4. UMM ALI
Masih dari ranah dessert, tentu sulit untuk menafikan betapa populernya hidangan Umm Ali atau Om Ali di dunia perkulineran Timur Tengah. Hidangan khas Mesir ini kerap disamakan dengan bread & butter pudding versi Barat, namun Umm Ali ternyata memiliki perbedaan yang cukup mencolok.

Meskipun asal mula umm ali konon didasari sebuah cerita konspirasi, dessert yang satu ini menutup sejarah gelapnya berkat penggunaan bahan-bahan segar dan berkualitas dalam pembuatannya. Misalnya saja penggunaan pastry yang baru dipanggang ketimbang roti lama pada versi bread & butter pudding.
Begitupun dalam hal lainnya; umm ali menggunakan madu, kismis, kacang-kacangan, serta susu kerbau ketimbang susu kental manis. Bersanding dengan baklava, fakta ini tentu menjadikan umm ali sebuah dessert berkelas yang tidak boleh dilewatkan setelah bersantap hidangan khas Timur Tengah.
Referensi:
1. thespruce.com
2. eatlikeanegyptian.com
3. turkishcoffeeworld.com
4. lostislamichistory.com
Gambar sampul: libanesisch.ch
Original link: wm.ucweb.com (gastroficionado)