Dikarenakan sudah merupakan bagian dari keseharian, tentu kita tidak berepot-repot lagi memikirkan siapa sih sebetulnya yang menciptakan shampoo, siapa sih yang awalnya menentukan gaya fashion yang selalu berubah-ubah setiap musimnya, hingga siapa sih yang sebetulnya menetapkan makanan mana yang menjadi menu pembuka atau menu penutup. Semua seolah sudah terformat dengan sendirinya dan berfungsi demikian seiring berjalannya waktu.
Percaya atau tidak, semua inovasi tersebut datang dari ide satu orang brilian yang hidup di abad ke 9 Masehi. Ya betul, semua inspirasi itu hadir sejak lebih dari 1000 tahun yang lalu dari seseorang yang dijuluki dengan nama Ziryab atau “Burung Hitam” dalam bahasa Arab. Ia mendapatkan julukan tersebut karena kulitnya yang berwarna gelap dan suaranya yang sangat merdu. Asal usul Ziryab sendiri masih diperdebatkan apakah ia seorang Arab, Kurdi, Persia, ataupun Afrika. Mengingat prestasinya yang luar biasa, tentu wajar apabila ia diperebutkan mengenai perkara asal usulnya.

Ziryab memiliki nama asli Abu Al-Hassan dan merupakan seorang budak yang telah dibebaskan. Ia berguru pada seorang musisi istana kenamaan bernama Ishaq al-Mawsili yang merupakan anak dari Ibrahim al-Mawsili yang sebelumnya juga menempati posisi sebagai musisi resmi kerajaan pada masa kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad. Setelah diperkenalkan ke dalam lingkaran istana, Ziryab memperlihatkan kebolehannya dalam bernyanyi dan bermain gitar. Tidak tanggung-tanggung, penampilannya mengundang decak kagum sang khalifah ternama Harun Al-Rasyid.
Namun sayangnya ketenaran Ziryab tidak bertahan lama karena Ishaq cemburu pada kesuksesannya. Setelah mendapat tekanan, Ziryab memilih untuk keluar dan berkelana menjajakan keahliannya di berbagai negeri sepanjang perjalanannya ke barat. Mendengar keberadaannya di Tunisia, ia kemudian diundang untuk tampil di hadapan Abdul Rahman II – Emir dari keturunan kekhilafahan Umayyah yang berlokasi di Cordoba, Al Andalus.
Hanya dalam hitungan waktu singkat Ziryab menjadi favorit para pembesar istana di Cordoba berkat bakatnya yang luar biasa. Ia kemudian digaji tinggi, dihadiahi sebuah istana, dan diberikan kebebasan untuk memajukan dunia musik dan kebudayaan di Al Andalus oleh sang Emir. Abdul Rahman II sendiri memang berambisi untuk menjadikan Spanyol pusat kebudayaan baru yang bisa bersanding dengan Baghdad dan Damaskus. Ziryab yang seorang idealis sudah merasa gerah dengan Spanyol yang kondisinya masih tertinggal dibanding belahan dunia Islam lainnya yang tengah berkembang pesat. Berbekal kepercayaan sang emir dan kebebasan berkreasi, lahirlah inovasi-inovasi cemerlang dari seorang Ziryab dan akan diapresiasi hingga hari ini, lebih dari 1000 tahun kemudian.

Di bidang musik, Ziryab telah menambahkan senar kelima pada alat musik lute (sejenis gitar) yang dimilikinya. Bahkan lute miliknya dibuat lebih ringan dan terdiri dari senar dengan bahan-bahan yang unik. Bahkan plektrum gitar yang dimilikinya terbuat dari cakar burung elang. Bisa dibilang bahkan lute ciptaannya merupakan cikal bakal dari gitar modern. Kemudian ia mendirikan sekolah musik pertama di dunia, serta merombak dan menciptakan berbagai teori musik, vokal, dan orkestra pada masa itu. Sebagai seorang jenius, Ziryab juga hafal berbagai komposisi lagu hingga berjumlah ribuan. Tujuh dari sepuluh anaknya meneruskan bakat ayahnya kelak sebagai musisi.

Inovasi-inovasi hebatnya juga ditemukan di bidang kuliner. Ziryab menggalakkan penggunaan gelas kristal untuk menggantikan gelas logam yang sudah kuno. Selain itu Ziryab juga memperkenalkan penggunaan taplak meja dan merancang kegiatan bersantap dalam beberapa fase. Sup dipilih sebagai menu pembuka. Kemudian dilanjutkan dengan menu utama berupa ikan, daging, atau makanan berat lainnya. Sebagai menu penutup, ia memilih buah-buahan dan berbagai makanan manis lainnya serta kacang-kacangan sebagai menu paling akhir. Terakhir, ia memperkenalkan asparagus sebagai makanan baru dan membudidayakannya di kebun miliknya di luar kota Cordoba.

Revolusi kebudayaan dari Ziryab juga rupanya menyentuh bidang fashion dan hygiene. Ia memperkenalkan tema pakaian berbeda untuk setiap musimnya. Misalnya di musim dingin, pakaian dirancang lebih berwarna gelap. Di musim gugur, pakaian memiliki warna-warna seperti merah, kuning, atau oranye – merefleksikan berubahnya warna dedaunan di musim itu. Di musim semi, pakaian dirancang dengan warna-warna cerah seperti bunga yang bermekaran. Sementara di musim panas, pakaian warna putih disarankan untuk dipakai.
Selain tema pakaian yang berbeda setiap musimnya, Ziryab juga mengenalkan konsep bahwa pakaian di pagi, siang, dan malam hari haruslah dibedakan. Khusus untuk para bangsawan, Ziryab memperkenalkan satu set wewangian yang harus dimiliki para pembesar yang terdiri dari shampoo, deodoran, pasta gigi, dan beberapa jenis kosmetik. Gaya rambut orang Arab pada masa itu umumnya dibiarkan panjang dan terurai, maka Ziryab memperkenalkan gaya baru berupa potongan rambut yang lebih pendek untuk laki-laki dan rambut berponi untuk kaum Hawa.

Terakhir, gebrakan Ziryab ternyata tidak hanya di bidang kebudayaan saja. Emir Abdul Rahman II mempercayakan juga Ziryab dalam berbagai urusan administrasi dan politik. Atas inisiatifnya, sang Emir kemudian mengundang para astronom India dan para dokter Yahudi dari Afrika Utara. Rupanya para tamu dari India inilah yang pertama kali memperkenalkan permainan catur dan dipopulerkan Ziryab kepada segenap penghuni istana sang Emir. Selebihnya Cordoba tidak hanya menjadi pusat kebudayaan, andil Ziryab untuk mengundang segenap ilmuwan ini kelak menjadikan Cordoba sebagai pusat ilmu pengetahuan. Beberapa abad kemudian bahkan Cordoba menjadi tujuan utama para pelajar dari negeri-negeri jauh di Asia dan Eropa untuk sekolah dan mengunjungi perpustakaannya yang memiliki lebih dari 600,000 judul buku.
Sepeninggal sang Emir dan Ziryab, Cordoba menjadi simbol toleransi – dimana para penduduknya yang beragama Islam, Kristen, dan Yahudi dapat hidup berdampingan dengan damai. Pencapaian-pencapaian yang dilakukan Ziryab lebih dari sepuluh abad silam sayangnya seolah seperti hilang ditelan waktu, meskipun banyak dari temuannya sangat berpengaruh pada kehidupan modern. Inilah waktunya bagi kita untuk dapat mengapresiasi kembali jasa-jasa para ilmuwan dan insan kreatif pada tempatnya dan terkhusus dari mereka yang hidup di era keemasan Islam pada abad pertengahan. Karena inilah masa dimana ilmu-ilmu dari zaman Yunani dan India kuno berhasil disempurnakan dan dikembangkan secara masif sehingga mendefinisikan teknologi maupun pengetahuan yang ada di zaman sekarang.

Referensi:
- http://lostislamichistory.com/the-cultural-icon-of-al-andalus/
- http://www.islamicspain.tv/Arts-and-Science/flight_of_the_blackbird.htm
- http://www.muslimheritage.com/article/ziryab
- http://www.thedailystar.net/news/ziryab-the-blackbird-of-al-andalus
- https://thedailybeagle.net/2013/02/15/the-forgotten-blackbird/
- http://www.newhistorian.com/ziryab-forgotten-innovator-music-gastronome-style/7548/
- http://www.lisapoyakama.org/en/ziryab-the-black-scholar-who-has-revolutionized-europe/
Gambar sampul: http://www.muslimheritage.com
Original link: wm.ucweb.com (gastroficionado)
Leave a Reply