rian farisa

Laki-laki yang berada di balik blog The Gastronomy Aficionado ini cerita panjang lebar soal food blogger masa kini.

Menarik untuk melihat pesatnya perkembangan media saat ini. Beberapa tahun lalu, nggak ada yang menganggap serius apa yang ditulis oleh para blogger. Menganggap mereka hanya sekumpulan hipster yang menemukan mainan baru dan isi blog mereka hanya curahan hati tidak penting.

Mereka yang awalnya suka foto-foto makanan sebelum makan pun nggak jarang sekarang sudah jadi food blogger kenamaan. Mereka lebih serius menulis tentang makanan di blog yang dimilikinya. Untuk artikel kali ini, kami sempat ngobrol bareng sama Rian Farisa, pemilik blog The Gastronomy Aficionado. Ini ceritanya.

rian farisaSalah Satu Food Blogger Pertama di Indonesia

Penyuka makanan bisa jadi tahu kalau Rian merupakan salah satu yang paling awal merintis ‘food blogging.’ Laki-laki yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang perbankan ini awalnya hanya menulis blog sebagai hobi. “Saya suka menulis. Saat itu memutuskan untuk menulis blog dalam bahasa Inggris karena keinginan pribadi saja. I have other blogs about my other interests, tapi food blog ini juga saya tangani dengan serius,” jelas Rian.

Rian ingat bahwa restoran pertama yang ia review adalah sebuah restoran Jepang di daerah Sudirman, di dekat kantor lamanya. ”Sekarang sudah tutup. Dan sudah saya cantumkan di blog saya juga kalau restoran itu sudah tutup,” cerita Rian sambil tertawa.

Blognya Tetap Harus Sesuai Standar Jurnalisme

Rian mengatakan dari awal memulai blog ia sudah ingin agar tulisan yang ia pakai di blognya tetap memenuhi standar jurnalisme, tapi juga tetap kasual. “Blog harus punya ciri khas pribadi pemiliknya. Standard proper writing, but with personal touch. Dulu banyak yang bilang review makanan saya lebih nyinyir, tapi setahun terakhir malah pada nanya kok nggak nyinyir lagi,” Rian tertawa di ujung kalimatnya. Kalau sudah tahu gaya bahasa yang paling sesuai menurut kamu, coba tuangkan hobi review makanan kamu di berbagai platform blog pilihan kami ini.

Kalau Mau Jadi Food Blogger…

“Food blogger sudah pasti harus suka makan. Malah kalau kita bertemu food blogger yang makannya cuma sedikit kita merasa aneh,” dia tertawa lagi. “Pengalaman tentunya akan membantu kita untuk semakin artikulatif dalam menulis. Jadi tulisan kita juga semakin berkembang. Masalah jam terbang dan juga aktivitas di blog.”

Food Blogger saat Ini

“Lima tahun lebih yang lalu sudah ada food bloggers sebenarnya, tapi memang sangat sedikit. Social media platform juga belum ada, jadi tidak banyak interaksi. Setahun terakhir jumlahnya semakin banyak, makanya saya dan teman-teman menginginkan supaya ada wadah ini. Konsep ke depannya masih harus kita bahas, tapi paling tidak semua sudah memiliki arah yang jelas bahwa komunitas food blogger ini ingin kita seriuskan,” jelas Rian yang akhirnya memilih untuk meninggalkan pekerjaannya di bidang perbankan dan menjadi full time blogger/writer.

Memutuskan untuk Resign dari Pekerjaan

Sudah seserius itu sampai meninggalkan pekerjaan hariannya? “Aktivitas semakin banyak dan rasanya mustahil membagi waktu dengan pekerjaan menulis saya,” aku Rian yang sesekali menjadi kontributor (tetap untuk makanan) dan beberapa kali muncul di Televisi dalam kapasitasnya sebagai food reviewer. Rian sudah menyikapi food blog nya secara profesional sejak tahun 2010. Saat ia mulai menerima undangan-undangan untuk me-review makanan di restoran dan blog nya semakin banyak dibaca orang.

“Saya memilih untuk fokus dengan pekerjaan menulis saya karena akhirnya saya bisa memiliki waktu lebih untuk keluarga saya. Saya juga bisa menulis apa adanya dan berkesempatan untuk lebih belajar tentang tulis menulis,” lanjut Rian lagi. “Tentunya kita senang saat media yang lebih besar sudah memperhatikan kita dan apa yang kita tulis. But the bloggers have to keep their standard, live up their passion,” tandasnya.

Harus Terus Berkembang

“Saya juga nggak menyangka semua akan jadi seperti sekarang ini. Food blog ini menjadi portfolio berjalan saya. Saya masih menulis yang lain juga, di mana saya mendapatkan honor. Kini blog saya nggak hanya tentang review makanan tapi juga bisa wawancara dengan chef, food product review. Sudut pembahasan tentang kuliner itu sendiri terus berkembang. Keterbukaan pada kreativitas akan membuka sudut pandang baru,” tutupnya.

Panjang banget ya ngobrol bareng kami dengan Rian? Tapi bagus kan isinya? Banyak yang bisa kamu pelajari untuk bisa jadi food blogger yang sukses kayak Rian. Yang penting, niatnya.

—-

As featured in mozaic.co.id

Original link: http://mozaic.co.id/male/lifestyle/kenalan-sama-rian-farisa-salah-satu-food-blogger-pertama-di-indonesia/

Advertisement

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s