Terkadang, sesuatu yang berlangsung tanpa perencanaan boleh jadi malah merajut satu cerita yang tidak terbayangkan sebelumnya – bahkan menyenangkan! Satu hari di tahun yang telah lalu, perjalanan panjang ke timur jauh menuju Kabupaten Dharmasraya membuktikan hal itu.
Hari demi hari kami lalui dengan tujuan kolektif, yaitu untuk meliput perhelatan besar tahunan antar negara yang berkompetisi dalam pertarungan balap sepeda – Tour de Singkarak. Melelahkan tentu tapi bukan tanpa petualangan di setiap harinya.
Dharmasraya yang merupakan salah satu kabupaten termuda di Sumatra Barat rupa-rupanya menginginkan satu hal – untuk lebih dikenal di kancah lokal maupun mancanegara dalam hal pariwisata.
Itulah sebabnya selain menyuguhkan alamnya yang masih hijau lestari serta persiapan mereka dalam menyambut berbagai kontingen pembalap sepeda dari berbagai penjuru dunia, kabupaten ini ternyata menyimpan banyak kisah lain.
Diantaranya beberapa cerita yang berasal dari beratus-ratus tahun silam.
Selain kekayaan batu akiknya yang kini tengah digandrungi oleh berbagai kalangan, Dharmasraya menyimpan satu sejarah bahwasanya di masa lalu negeri ini merupakan salah satu kerajaan tertua yang pernah ada di ranah Sumatra. Konon bahkan sama tuanya dengan Sriwijaya.
Satu kunjungan ke sebuah desa yang tidak jauh dari pusat pemerintahan kabupaten ini, kami mendapatkan berbagai cerita serta ziarah singkat ke makam para raja terdahulu dimana batu-batu nisannya terlihat begitu purba. Sungguh satu pengetahuan yang jarang diketahui orang banyak.
Ketika kami tengah bersiap-siap kembali, saya termasuk yang beruntung karena tertinggal di belakang. Tanpa disengaja, saya menyaksikan sekelompok ibu-ibu yang bertetangga di desa ini tengah menyiapkan berbagai panganan untuk acara pernikahan yang akan dilangsungkan dalam waktu dekat.
Penasaran, langsung saja saya menghampiri dan mengamati kegiatan mereka. Dengan ramah saya disuguhi dengan banyak perkedel kentang, segar dari penggorengan.
Mungkin saja rasanya tidak jauh berbeda dengan perkedel pada umumnya, tetapi bagi saya pribadi, ada satu cerita berbeda dari yang biasa saya nikmati di meja makan rumah. Berkeliling lebih jauh, ada pula para ibu yang bertanggung jawab mengolah sambal, daging, serta ayam. Ah rasanya bila waktu mengizinkan, terbitlah keinginan untuk tinggal sejenak dan bercengkerama serta memasak.
Namun biarlah ini menjadi sebuah kenangan dahulu. Kelak di masa-masa mendatang, semoga kenangan ini akan menjadi kenyataan. Apakah itu di daerah lainnya di Sumatra Barat ataupun penjuru jauh negeri ini? Kita lihat saja nanti.