Di kala udara dingin tengah merajai dimanapun Anda berada di hamparan negeri tropis ini, terkadang terdengar suara sayup-sayup memanggil dari luar rumah.

“Jagung rebus.. jagung rebus..”

Berhamburanlah segenap manusia keluar dari rumah-rumahnya. Adakalanya para suami mengantri bersama segenap warga lainnya untuk giliran jagung rebus mereka, sementara para istri menyiapkan kopi maupun teh. Terkadang anak-anak kecilpun turut meloncat-loncat penuh gembira ketika menemani sang ayah membeli jagung.

Bayangkanlah sesudahnya ketika semua sudah tersaji. Rupanya tawa canda keluarga yang berkumpul di sore hari membawa kehangatan yang mengobati kesenduan cuaca sore hari itu.

Bagi saya pribadi, kesempatan elok ini dibayar tuntas ketika berjalan-jalan masuk ke hutan untuk mengunjungi perkebunan kopi beberapa waktu lalu.

Bertemu dengan seorang petani kopi yang tinggal di tengah hutan, kamipun beramah tamah namun terlihat raut muka yang tanpa malu-malu tergoda dengan berbongkol-bongkol jagung rebus manis yang baru saja masak.

“Silakan, jangan malu-malu”, sahut sang istri petani kopi tersebut.

Tanpa sungkan, langsung saja kami menyantapnya. Meskipun hanya ditemani segelas air putih hangat, rasanya cuaca mendung di sore itu justru menambah hangatnya kebersamaan saya dan istri. Kamipun bercengkerama dengan para teman-teman serta percakapan tiada habisnya mengenai kopi.

Advertisement

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s