Dari kegiatan mencicipi hidangan fusion Barat-Asia, lalu mengeskalasi pengalaman ke hidangan dari resto berbintang Michelin maupun yang beraliran molecular gastronomy, pilihan saya, Rian Farisa, di kampung halaman tetaplah konservatif. Bahkan ketika Bandung telah bertransformasi dan sarat akan restoran modern, apa yang selalu tertulis di catatan kecil saya adalah rasa yang sudah melekat sejak lama.
Untuk makan pagi, sajian nostalgia selalu menggoda hati. Serabi polos dan oncom di Jalan Cihapit, nasi tim ayam Sizi, ataukah lontong kari sapi di Gang Kebon Karet?
Aahh, rupanya pilihan saya selalu berujung pada kenikmatan yang mengepul-ngepul dari bubur ayam Pak Haji Amid di Jalan Pajajaran. Menu wajib saya adalah bubur ayam yang diaduk dengan kuning telur mentah. Ada satu dimensi rasa yang tidak dapat ditemukan dari bumbu-bumbu pada umumnya dibandingkan perpaduan yang satu ini. Tidak lupa, taburan cakwe, daging ayam suwir, seledri, dan bawang goreng.
Untuk makan siang hari di akhir pekan, daripada bersaing dalam kemacetan bersama dengan turis yang mengincar tujuan yang sama, saya memilih meluncur ke arah selatan kota. Di sekitar jalan raya Lingkar Selatan dan Jalan Buah Batu, andalan saya Lotek Herry Thea (alias Lotek Buah Batu). Dulu lapak di Jalan Batu, kini lotek Herry Thea telah buka permanen di Jalan Solontongan.
Menu vegetarian khas Bandung ini lengkap dengan bumbu kacang, lontong, serta kerupuk merah muda. Potongan tahu besar dan berbagai sayuran rebus saling harmonis, diselingi rasa manis khas lotek Herry Thea.
Untuk makan malam, favorit saya adalah kedai ikan nila bakar khas Padang milik Bang Themmy. Berbeda dengan kedai ikan bakar yang berkutat dengan resep ikan bakar yang dilumuri bumbu kecap dan diiringi sambal, Bang Themmy yang asli Bukittinggi ini punya konsep yang berbeda.
Dipilihlah ikan nila dari Subang karena berasal dari sungai yang deras arusnya, hingga konon secara biologis terbentuk ikan yang tulangnya berukuran besar sehingga mudah disantap. Volume dan tekstur daging selaras diolah dengan cara dipanggang. Hal utama lainnya adalah penggunaan bumbu kuning khas Padang sehingga ikan berempah, berjodoh dengan sambal hijau khas Minang.
Bang Themmy juga secara musiman menyajikan Pucuak Ubi Tigo Jam khas ibunya. Ini berasal pucuk daun singkong berempah, dipepes bersama ikan asin dan cabai selama tiga jam.
—–
BUBUR AYAM PAK H. AMID | Jalan Arjuna, Bandung
LOTEK HERRY THEA | Jalan Solontongan no. 16, Bandung
IKAN BAKAR NILA KHAS PADANG BANG THEMMY | Jalan Terusan Jakarta no. 280, Bandung
—–
Featured in Femina, Sept 2014 issue
http://www.femina.co.id/shop.dine/makan.di.mana/kembali.ke.selera.asal/007/003/551
Leave a Reply