Foodie Flicks: Tabula Rasa (2014)

Tabula Rasa hadir segar di dunia perfilman Indonesia dengan usungan tema drama yang berkutat di pusaran gaya baru, yaitu dunia kuliner. Dengan tag-nya yang sederhana namun sarat makna, saya langsung tergerak menghampirinya.

“Makanan adalah iktikad baik untuk bertemu”

Begitulah bunyi tagline yang menjadi nyawa dari film ini. Nama yang saya kenal mungkin hanyalah Dewi Irawan, namun melihat keseluruhan cast serta crew yang berkontribusi untuk film ini tentu membuat saya penasaran. Bagaimana tidak? Begitu banyak nama-nama baru (atau yang baru saya dengar) dan tentu ini bukan tanpa alasan.

Ternyata banyak yang sebetulnya diangkat dari film yang penuh dengan kesan merakyat namun juga idealis ini. Pertautan antara masakan Padang dan orang Papua menjadi satu catatan tersendiri yang layak diperhatikan. Proses pertautannyapun menjadi drama tersendiri yang tidak terlupakan.

Tabula Rasa Film 2

Ketika semua berawal dari mimpi yang berakhir menjadi mimpi saja maka manusia harus melepas kegalauannya dan bergerak maju. Itulah yang mendasari hubungan dari Hans (Jimmy Kobogau) dan Mak (Dewi Irawan) sang pemilik rumah makan khas Minang yang juga tengah berjuang.

Mak berangkat dari luka di masa lampau ketika kehilangan anaknya karena bencana alam dan melihat Hans yang tergolek tak berdaya serta kelaparan, dengan serta merta Mak tanpa ragu membesarkan semangatnya kembali. Inilah nilai-nilai yang hilang di masyarakat kita saat ini. Meskipun hal ini membuat mata penonton mengernyit ataupun mengundang reaksi konflik alamiah dari pemeran-pemeran berbakat lainnya seperti Natsir (Ozzol Ramdan) ataupun Parmanto (Yayu Unru), namun Mak tidak bergeming. Dalam perjalanannya Hans dan Mak khususnya siap memulai lembaran baru di masing-masing kehidupannya dan itulah sebabnya film ini diberi judul Tabula Rasa.

Mengapa Papua? Tentu ini karena kepandaian dan kejelian dari para pengusung ide dalam film ini. Para putra Papua dan tanahnya yang kaya adalah kebanggaan yang terlupakan (ataupun dilupakan) maka kita semua harus mengingat dan menghargainya.

Tabula Rasa Film 4

Mengapa masakan Minang? Tentu karena masyarakat Minang-lah yang telah berhasil lebih dahulu membawa kebanggaan kepada kita semua dan siapa sih yang tidak suka dengan kompleksitas serta kelezatan berbagai hidangannya?

Dua kubu inilah yang dipersatukan dalam film yang dirancang khusus untuk menampilkan berbagai angle cantik nan seksi untuk scene dapur dan berbagai kegiatan memasak maupun menyantapnya.

Kualitas para aktor serta tema dramanya juga ternyata memikat hati. Tidak ada kecanggungan dalam berakting dari para aktornya dan yang menariknya, hampir lebih dari 60% dialognya merupakan bahasa Minang. Selain itu dari segi makanan, terdapat beberapa masakan yang sangat khas dan tentunya akan membuat Anda bergegas menuju restoran Padang terdekat selepas film ini berakhir. Untuk kedua hal ini Tabula Rasa mempersiapkan pelatih dialek serta beberapa konsultan kuliner ahli.

Tabula Rasa Film 3

Catatan-catatan penting lainnya adalah bagaimana unsur-unsur dramatis, komedi, maupun suntingan-suntingan khas dalam film ini menambah nilai secara keseluruhan. Adriyanto Dewo dengan jeli mampu menangkap berbagai adegan dan memperlamanya sehingga menjadikan adegan-adegan tersebut berisi nilai dan kenangan. Tak lupa juga tentu percakapan komedik diantara para pemerannya yang tidak murahan maupun canggung.

Yang patut dipahami adalah beberapa plot didesain seolah lebih lambat dan inilah mengapa kita harus mengapresiasi adegan-adegan dalam Tampopo maupun Eat Drink Man Woman yang memiliki kualitas-kualitas tersebut. Bahkan rekan saya mengingat beberapa bagian dalam film ini sebagai homage terhadap Big Night, khusus untuk bagian ending serta hubungan diantara para pemerannya.

Apapun itu, Tabula Rasa telah membawa angin segar baru dan di tengah-tengah hiruk pikuk kecintaan manusia Indonesia terhadap dunia kulinernya, film ini datang tepat pada waktunya. Berbagai plot ceritanya mungkin terasa terlalu convenient, tapi apa yang saya rasakan ketika keluar dari bioskop justru ada dua. Rasa puas sekaligus rasa lapar.

Terima kasih Tabula Rasa!

—–

Tabula Rasa Film 1

TABULA RASA (2014)
http://www.tabularasafilm.com/

Drool Level**** (gimme gimme!)

Director: Adriyanto Dewo

Producer: Sheila Timothy, Vino G. Bastian

Writer: Tumpal Tampubolon

Starring: Jimmy Kobogau, Dewi Irawan, Ozzol Ramdan, Yayu Unru

Music: Indra Perkasa

Genre: Drama, Comedy

—–

Photography credit: Tabula Rasa

Advertisement

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a website or blog at WordPress.com