Sweet Surrender: An Interview with Chef Odie Djamil (Tiger Tales Indonesia, July – Sept 2013)

Chef Odie Djamil - Interview

Obrol-obrol santai Rian Farisa bersama chef muda, Odie Djamil, tentang eksperimennya dengan molecular dessert dan tentunya, macaron!

Berawal dari belajar kuliner secara otodidak, Odie Djamil (@odiedjamil) kini meniti karir independen sebagai ahli pembuat kue macaron, Lifestyle Studio Pastry Instructor, Chef/ Host untuk acara Cake Story di Kompas TV dan Dapur Warna di Trans7. Sebagai mantan sous chef di Coquelicot, sebuah restoran Perancis di Jakarta, Odie terinspirasi sang oma yang hobi memasak ketika ia kecil. Bahu membahu dengan rekan-rekan seperjuangannya, sejak 2011 Odie membentuk Chef Nation, perkumpulan para pemasak yang senang berjualan berbagai kreasi kuliner. Odie menceritakan bagaimana ia begitu menikmati membagi waktu di antara kesibukannya yang menyenangkan ini.

Q: MENGAPA ODIE MEMILIH MACARON DI ANTARA SEKIAN BANYAK KUE LAINNYA?

Awalnya gara-gara saya membeli buku resep ‘Just Desserts’ karya Daniel Tay – the guy behind Bakerzin. Saya baca, saya coba, dan gagal. Penasaran, saya coba terus hingga tetap gagal sampai 13 kali. Akhirnya saya menemukan rasio yang tepat dari sebuah riset seorang blogger Australia yang melakukan perbandingan dari berbagai macaron karya para chef terkenal di dunia. Berbekal ketepatan rasio antara icing sugar, almond, putih telur, dan gula, maka akhirnya latihan-latihan saya mendatangkan hasil dan mulailah saya berjualan macaron.

Q: PERNAH COBA MEMBUAT MACARON DENGAN RASA LOKAL?

Saya pernah mencoba membuat macaron dengan campuran jambal, telur asin, dan petai gara-gara tantangan seorang teman! Jangan tanya hasilnya. Haha..

Q: SELAIN MACARON, PASTRY APA YANG TENGAH ODIE GELUTI BELAKANGAN INI?

Belakangan saya senang bereksperimen dengan segala sesuatu hingga membuat sponge cake dengan cara molecular. Pada dasarnya bahan sama seperti sponge cake biasa, tapi dalam proses pembuatannya saya memakai nitrogen dan dimasak di microwave dengan kekuatan tinggi selama 30 detik. Saya terinspirasi chef-chef keren seperti Johnny Iuzzini dan Sadaharu Aoki dan ahli molecular seperti Andrian Ishak dan Heston Blumenthal. Kadang-kadang ilmu baru ini saya coba demonstrasikan di acara Cake Story yang saya bawakan secara rutin di Kompas TV.

Q: BAGAIMANA DENGAN CERITA DI BALIK CHEF NATION?

Mulanya saya dan Zinnia yang pernah kerja bersama di Coquelicot memang sudah berencana membangun sesuatu. Tidak lama bertemulah saya dengan Ray Janson ketika kita berlomba masak di Pantry Magic. Dari situ kami berkenalan juga dengan teman Ray yang baru pulang dari Paris yaitu Isaura. Akhirnya kami duduk bersama dan berencana untuk membentuk Chef Nation di mana kami bisa sama-sama berkreasi dengan kemampuan masak kami masing-masing yang unik. Setelah itu kami tampil rutin di Brightspot Market (acara fashion tahunan dari para desainer independen) dan berjualan kreasi kami di sana.

Q: ADA RENCANA APA SAJA KE DEPANNYA?

Untuk rencana dekat, saya dan Ray (Janson) akan berangkat ke acara eksebisi produk local Indonesia di London akhir tahun nanti dan tandem memasak untuk gala dinner. Saya juga ingin mendirikan sebuah restoran khusus dessert seperti 2 am Dessert Bar di Singapura dalam beberapa tahun ke depan. Meskipun penggemar dessert terbatas, tapi sekarang ini masyarakat sudah mulai senang untuk spend lebih membeli dessert setelah makan di restoran.

—–

Tiger Tales Indonesia Jul-Sept 2013 - Cover

Published in Tiger Tales Indonesia (Mandala Airlines inflight magazine) – July – Sept 2013 Edition
http://www.ink-live.com/emagazines/tiger-tales-mandala/1416/july-2013

Advertisement

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s