Farrago beruntung bisa bertemu dan berdiskusi dengan chef berkelas Internasional yang satu ini. George Calombaris, chef yang biasa kita jumpai di berbagai serial Master Chef versi Australia.
Sosok George Calombaris yang kita kenal sebagai TV personality memiliki pembawaan karakter yang begitu alami dan dari mulutnya mengalir deras cerita-cerita seru yang menggambarkan dunia kuliner yang ia tekuni. Karier seorang George sebetulnya berawal dari menjadi juru masak di sebuah hotel di Melbourne, Australia, hingga keberhasilannya meroket berkat bakat dan ketekunannya. Hanya selang beberapa tahun saja ia sudah mengantongi berbagai penghargaan, mengecap pengalaman bekerja dengan para chef kelas atas, hingga bekerjasama membuka beberapa restoran.
George adalah pengusaha di balik The Press Club, restoran pertamanya di Australia, dan ketika itu usianya baru saja menginjak 25 tahun. Lewat restorannya ini, ia memperkenalkan publik Australia pada masakan Yunani yang merupakan warisan leluhurnya. Berbekal kesuksesannya dengan The Press Club, kini George telah membuka berbagai restoran di Australia dan akhirnya ia juga merambah ke percaturan kuliner internasional dengan membuka The Belvedere Club yang berada di pulau Mykonos, Yunani.
‘Saya menggunakan citarasa klasik untuk masakan saya namun saya berikan sentuhan modern tanpa menciptakan sesuatu seperti Frankenstein’, jelas George sembari bercanda. ‘Tapi tentu di level seperti ini, kita ingin para pengunjung datang bukan hanya semata karena makanannya saja. Semuanya adalah mengenai pengalaman menarik seperti sebuah perjalanan kecil yang menakjubkan—karena semua berasal dari inspirasi yang menggabungkan kreativitas dan unsur nostalgia’.
Meski demikian, misi yang tengah dijalani George tidaklah mudah karena masakan Yunani belum sepopuler masakan Prancis, Italia, China, atau Jepang. ‘Yang terpenting adalah saya mendapat kesempatan mengekspresikan mengenai apa yang saya lakukan di berbagai forum. Contohnya, MasterChef adalah sebuah forum bagi saya untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat tentang masakan Yunani dan latar belakang budaya saya’, ujar pemenang Young Chef of The Year tahun 2002 ini.
Sejauh ini, hanya ada segelintir chef saja di seluruh dunia termasuk dirinya yang tengah memopulerkan masakan Yunani di tingkatan ini, tapi George optimis bahwa masakan Yunani akan dikenal seiring berjalannya waktu. Tantangan lainnya adalah saat ini masakan Yunani masih dianggap sebagai masakan rumahan ketimbang sebagai kuliner modern, sehingga di sinilah tugas George untuk mengasah kreativitasnya.
‘Para pengunjung The Press Club ada saja yang berkata bahwa masakan ibu mereka lebih enak dari ini. Saya tidak menyangkalnya karena masakan ibu saya saja lebih enak dari masakan saya sendiri’, sahut George sambil tertawa. Saya tahu sekali, George hanya merendah lewat leluconnya, mengingat begitu tinggi pencapaiannya meski masih di usia 34 tahun kini.
Berikutnya, berbagai rencana bisnis seperti memperbarui The Press Club dengan berbagai tambahan baru di dapur dan restorannya sudah mulai dijalankannya selain berbagai kesibukannya sebagai celebrity chef. ‘Di sela-sela waktu saya ingin sekali menyempatkan untuk pergi ke Istanbul. Era Konstantinopel dan Kekaisaran Ottoman/Utsmaniyah dari Turki banyak menjadi pengaruh masakan Yunani. Semuanya merupakan bagian besar yang masih ‘hilang’ dari pengetahuan kuliner saya’, tukas George.
Terakhir, George berbagi filosofinya yang sederhana namun penuh makna. ‘Di akhir hari tidak peduli apakah tempat merupakan restoran fine-dining, brasserie, bistro, ataupun kantin, makanan haruslah lezat’.
Kita nantikan kiprah George berikutnya dan besar harapan kita bahwa kelak masakan Yunani dan juga berbagai masakan dari Nusantara juga semakin dikenal dan bahkan mensejajarkan diri dengan para pendahulunya yang sudah populer di level dunia. Masa penantian itu jelas akan segera berakhir.
—–
Featured by Farrago Indonesia (November 24, 2012)
Pictures courtesy of George Calombaris’ personal documentations (first and second photos only)