
Nowadays, desain interior cafe modern bergaya industrial semakin merajalela dan mampu membuktikan diri dapat membuat nyaman pengunjungnya. Sebut saja KOI Kemang, The Goods Cafe, dan berbagai tempat lainnya. Kembali perasaan sama itulah yang saya alami ketika masuk ke sebuah kafe baru di bilangan Kemang Selatan dengan nama Never Been Better, sebuah nama yang catchy sekaligus ambisius.
Seketika saja saya teringat sebuah eatery cilik di Bandung dengan nama Q di dekat Universitas Parahyangan. Konsepnya adalah open kitchen yang dikelilingi oleh bar stools layaknya sebuah diner di Amerika Serikat. Desainnya sendiri simple dan menggunakan juga barang-barang reuse seperti kursi yang terbuat dari peti bekas serta berbagai nuansa kayu untuk furniture-nya. Hal yang sama ditemui juga di Never Been Better namun dengan konsep yang lebih matang, modern, elaborated, dan bersifat eksperimental.
Soal harga, terkadang dengan mudah kita terjebak dengan ‘stigma negatif’ bahwa rata-rata kafe di Kemang biasanya mahal. Tapi tidak dengan Never Been Better. Selain memang didesain cozy untuk berlama-lama hang out ternyata makanan dan minuman yang disajikan juga sangat affordable. Ragamnya memang tidak terlalu banyak tapi pasti ada saja yang bisa dipilih dari menunya.

Mulai dari panganan ringan teman hang out dan wifi seperti Omelette, Sandwich, dan juga selera lokal yaitu Bala-Bala atau lebih dikenal dengan Bakwan di Jakarta serta Tempe Mendoan. Yang langsung saya coba malam itu adalah Never Been Better signature dishes yaitu Pasta Aglio Olio dengan smoked beef dan Chicken Oregano yang konon katanya dibumbui heavily dengan dedaunan tersebut.
Ketika datang, hidangan semacam aglio e olio biasanya menimbulkan kesan kering sehingga kebiasaan meminta olive oil langsung saja diajukan. Hasilnya adalah kekecewaan dan simple saja alasannya, olive oil tidak tersedia untuk pengunjung.
Dari segi rasa ternyata cukup beruntung karena diselamatkan oleh kuantitas keju yang mencukupi serta perimbangan yang baik dari keseluruhan bahannya. Tentu yang saya maksud adalah tidak perlu adanya tambahan saus sambal yang telah menjadi kebiasaan orang Indonesia di berbagai jenis makanan.

Untuk Chicken Oregano-nya sendiri ternyata disajikan setelah dipanaskan oleh microwave sehingga suhunya lumayan bisa membakar bibir dan lidah apabila langsung disantap. Ayamnya sendiri seperti ayam bakar yang telah direndam oleh bumbu yang rasanya cukup kuat. Meski dalamnya agak basah dan beberapa bagian kurang meresap rasa gurihnya namun dari segi ukuran ayamnya mampu untuk menyeimbangkan kekurangan di porsi keseluruhannya. Temannya memang hanya sebatas nasi putih dan sayur cabikan seperti di Solaria dan Hoka Hoka Bento dengan saus mayo-nya.
Terlepas dari kekurangannya, penutupnya justru yang lumayan menggembirakan. Itulah Fried Ice Cream yang mendendangkan tema nostalgia. Isiannya adalah strawberry ice cream serta roti gorengnya sendiri dilumuri saus coklat. Dengan harga yang murah dan memuaskan, tentu ini adalah opsi wajib untuk mengunjungi Never Been Better.
Sungguh tempat nyaman yang layak dikunjungi kembali. Mudah-mudahan lain waktu crowd-nya tidak hanya sesepi waktu itu saya datang namun berisi orang-orang kreatif yang sedang berdiskusi tentang karya-karya yang tengah mereka kembangkan karena atmosfirnya terasa cocok untuk itu. Me? I’ll just bring my notebook and start to write. Coffee please!
—–
Never Been Better
Rating: **
Halal-friendly (no halal certification seen)
Unsuitable for vegetarians
Address: Jl. Kemang Selatan no. 31, Jakarta
RSVP: 021 – 2725 2445
Twitter: @nevbeenbetter
Opening Hours: 10 am – 1 am (weekday), 10 am – 3 am (weekend)
Pricing: IDR 75,000 – 100,000 for two
Atmosphere: A customized industrial interior with recycled furniture and panels fit for teens and architectural geeks.
Ambiance: Relatively quiet though suitable for hang outs.
Service: Nothing to complain so far.
—–
-Featured in HANG OUT JAKARTA August 2011 edition-
Photos by jenzcorner.net