
Who doesn’t like sushi and sashimi nowadays? Demam yang dahulu dibawa pertama kali oleh Sushi Tei kini tersedia hampir dimana-mana dengan berbagai konsep dan harga yang bermacam-macam. Salah satunya adalah Umaku, pemain lokal yang sukses dengan beberapa cabangnya di berbagai tempat di Jakarta.
Ketika demam itu sedang berada di puncaknya, bermunculanlah berbagai gerai sushi dimana-mana. Dengan mengandalkan harga murah ketimbang kualitas tetap saja warna-warninya memikat mata siapa saja yang memandang. Pernah saya temukan gerai di mall yang menggunakan air yang mengalir pengganti sushi-go-round yang lazim kita lihat di Kiyadon atau Sushi Tei. Ada pula yang menggunakan mobil box yang dimodifikasi khusus sebagai kedai. Selain itu juga ada juga yang memugar halamannya menjadi sebuah sushi bar bahkan hingga yang menyajikan sushi siap saji di atas beberapa tray besar di pinggir jalan.
Jatuh bangun usaha seperti ini masih sering terjadi hingga detik ini dan salah satu pemain sukses yang saya temui adalah Umaku. Konon sukses membuka beberapa cabang pasca usaha perdananya di Cibubur, saya menjadi tertarik karena Umaku kerap dibicarakan orang karena reputasinya. Selain itu, entah karena memiliki kedekatan tertentu atau tidak, dua cabangnya yang relatif baru tersebut dibuka bersebelahan persis dengan Kopitiam Oey yang terletak di Tebet dan Duren Tiga.

Umaku Tebet terlihat cukup segar dengan space memanjang yang terlihat luas. Meski telah diusahakan agar terasa atmosfir Jepang dengan dinding besar yang beraksen koran-koran Jepang, ambiance lagu Jepang dan satu dua sentuhan lainnya namun tetap kehangatan sebuah izakaya atau restoran asli Jepang masih belum terasa sepenuhnya.
Dari segi harga ternyata masih cukup bersaing dengan Sushi Tei khususnya pada bagian sushi, sashimi dan maki. Tidak hanya berkutat di dunia sushi ternyata banyak juga pilihan lain seperti grills, menrui (mie ala Jepang), yakimeshi (nasi goreng), dan yang paling seru tentunya adalah set menu!

Adalah Jyo Sushi Moriawase yang saya pilih waktu itu dan paketan ini terdiri dari nasi hangat, chawan mushi dan miso shiru. Terlihat warna warni segar ketika disajikan dan terdiri dari shake, maguro, shiromi, tako, dan saba. Sungguh semuanya memberikan kekayaan rasa yang khas dan segar terutama ikan saba (mackerel) yang nikmat dengan tingkat kegurihannya yang unik serta tidak terlalu lazim disediakan sebagai bagian dari set menu. Hanya sayang untuk chawan mushi-nya tidak terlalu berisi dan agak tawar namun justru kebalikannya bagi miso shiru yang agak kelewat asin.
Mungkin yang tersisa hanyalah penyajian menu yang bersifat lebih visual dan indah dilihat yang diharapkan dapat membantu pengunjung yang tidak terbiasa dengan istilah dalam bahasa Jepang. Dengan tambahan satu dua sentuhan yang berbau lebih otentik yang saat ini masih kurang terasa, mungkin tidak lama Umaku akan menjadi pemain lokal yang lebih representatif lagi sebagai duta makanan Jepang di Indonesia.
—–
Umaku
Rating: ***
Halal-friendly (some dishes may contain mirin)
Unsuitable for vegetarians
Address & RSVP:
- City Walk Blok CW 1 no. 26, Citra Gran Estate, Cibubur (021 – 843 037 33)
- Jl. Tebet Raya no. 141, Jakarta (021 – 837 091 32)
- Jl. Duren Tiga Raya no. 32, Jakarta (021 – 791 703 37)
Opening Hours: Thu-Sun (12 pm – 3 pm, 5 pm – 10 pm), Monday closed
Website: http://umakuresto.com/
Facebook:
Twitter:
Atmosphere: An air-conditioned low budget Japanese restaurant with wallpapers full of Japanese newspapers (Tebet).
Ambiance: All Japanese songs with the cashier singing along!
Service: Nothing to complain nor acclaim so far.
Pricing: Around IDR 100,000 for two
—–
-Featured in HANG OUT JAKARTA December 2011 edition-
Photos courtesy of jenzcorner.net